Selasa, 24 Februari 2015

Evaluasi Pembelajran Penjas

 BAB I  PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Bilamana dinyatakan telah terjadi kemajuan?
Pertanyaan ini sederhana akan tetapi berimplikasi cukup luas terhadap berbagai hal. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka yang harus dipenuhi adalah kita kita harus mengetahui tentang keadaan terakhir kemudian membandingkan dengan keadaan awal padasaat suatu program tertentu akan diberlakukan. Melalui upaya komparatif ini akan terjawab efektivitas kemajuan yang berhasil dicapai oleh setiap peserta. Akan tetapi, permasalahannya tidak terhenti sampai disitu saja sebabdengan dasar apa kita dapat membandingkan dua keadaan tersebut. Dasar tersebut dapat berupa informasi atau data yang dapat berupa informasi atau data yang merupakan substansi inti yang akan dituju dalam proses pengambilan keputusan terhadap berbagai keadaan atau kemajuan. Seperti telah diketahui, bahwa untuk memperoleh data tersebut diperlukan suatu proses pengumpulan data dan alat ukur untuk mengumpulkannya. Uraian singkat tersebut, secara implicit menunjukkan semacam rangkaian antara tes, pengukuran dan evaluasi. Pertanyaan berikutnya adalah untuk apa kita melakukan evaluasi? Apa yang terjadi seandainya olahraga tanpa memiliki alat ukur atau tes? Tentunya dapat dipastikan bahwa bidang keolahragaan, baik keadaan, tingkat kemajuan, maupun berbagai kendala dalam pembinaan olahraga tidak akan tampak (covered). Dan akhirnya, pengembangan bidang keolahragaan
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat kami rumuskan masalah yangakan kami bahas dalam makalah ini adalah :
1. Pengertian tes dan pengukuran
2. Kriteria pemilihan tes
3. Aspek-Aspek yang Diukur
4. Tes dan pengukuran tenis meja

C.Tujuan Penu lisanBerdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah kami ini adalah :
1. evaluasi keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dankesehatan
2. bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa pendidikan jasmani terhadapmata kuliah tes dan pengukuran


BAB II 
 PEMBAHASAN

A.Sejarah Tes dan Pengukuran Olahraga

Dalam sejarah pengukuran pendidikan jasmani dan olahraga, perkembangannya hampir sepenuhnya mengikuti perkembangan pengukuran dalam pendidikan. Perkembangan pendidikan jasmani mengikuti tahapan penting dari pendidikan secara keseluruhan. Kajian pustaka yang berhubungan dengan tesdan pengukuran dalam pendidikan jasmani mengungkapkan bahwa sumbangan-sumbangan berhargadiberikan oleh tokoh-tokoh baik secara perorangan maupun kelompok.Bermacam-macam bentuk instrument telah dikembangkan dan dipergunakan,mulai dari meteran kayu sampai elektronik dalam bidang fisiologis.

B.Pengertian Tes dan Pengukuran
1.Tes
Tes merupakan alat ukur.
Suharsimi(1995 : 51), menjelaskan tesadalah sesuatu alat atau prosedir yang di gunakan untuk mengetahui atau mengukur suatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Cronbach (1970) mengertikan testing sebagai pesedur yang sistematis untuk mengamati perilaku seseorang dan mendeskripsikannya dengan bantuan sistem numerik atau sistem katagori. Farnandes (1984) mengartikan tes sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengobservasi perilaku seseorang dan menggambarkannya dalam bentuk sekala numeric atau sistem katagori.

Tujuan tes
1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan seseorang baik kognitif, afektif dan psikomotorik
2. Untuk menentukan tingkat intelegent, kepribadian, daya ingat dan aspek  psikologi seseorang
3. Untuk memperoleh informasi atau data dari individu maupun kelompok
4. Untuk mengukur atau membandingkan keadaan psikis dan tingkah lakuseseorang/kelompok dengan orang/kelompok lain
5. Untuk memperoleh suatu informasi mengenai suatu aspek tertentu atauciri-ciri tertentu berdasarkan jawaban suatu tes
6.  Alat pacu meningkatkan kemampuan atau potensi siswa
7.  Menempatkan siswa sesuai dengan kemampuan
8.  Mengklasifikasi
9.  Status
10.Bimbingan
11.Alat atau metode pembelajaran
12.Menilai kemajuan hasil belajar siswa
13.Memprediksi kemampuan atau potensi yang dimiliki siswa
14.Keperluan remedial yaitu mengetahui kelebihan ataukekurangmampuan/potensi 

2.Pengukuran
Menurut Safrit dan Wood (1989), pengukuran adalah proses pemberian angka-angka dari suatu obyek , seseorang atau lainnya dengan mengikuti berbagai aturan. Senada dengan itu, Singarimbun dan Effendi(1995) mengartikan bahwa pengukuran menunjukkan angka-angka padavariabel menurut aturan yang telah ditentukan. Daryanto (1999)mengartikan pengukuran sebagai suatu proses memberikan angka(biasanya disebut skor) kepada suatu sifat atau karakteristik seseorangsedemikian rupa serta mempertahankan hubungan senyatanya anataraseseorang dengan orang lain sesuai dengan sifat yang diukur tersebut. artiini menyiratkan makna bahwa aspek terpenting dari pengukuran adalahangka-angka atau skor yang diberikan tersebut tetap mempertahankanhubungan antar variabel yang diukur. Moh. Nazir ( 1988 ) mengartikan pengukuran sebagai prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.Sutrisno Hadi (1987) mengartikan pengukuran sebagai suatu kegiatanyang ditujukan untuk mengindentifikasi besar-kecilnya obyek atau gejala. Dikatakan pula, bahwa untuk mengindentifikasikan besar-kecilnya obyek  atau gejala dapat dilakukan melalui alat-alat yang telah ditera atau tanpa menggunakan alat ysng ditera. Scriven (1981) mengartikan pengukuran sebagai determinan atau perbedaan dari besaran atau pentingnya sebuah kuantitas. MenurutGrounlund (1985), pengukuran adalah suatu kegiatan atau proses untuk  memperoleh deskripsi numerik dari tingkatan atau derajat karakteristik khusus yang dimiliki oleh individu.Dengandemikian,yangdimaksuddenganpengukuran (measurement) adalah suatu proses untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu obyek tertentu dengan menggunakan alat ukur (test) yang baku.

C.Kriteria Pemilihan Tes
1.Validitas
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mampu mengukur secara tepat terhadap apa yang semestinya diukur. Dengan kata lain,validalitas berkaitan dengan ketepatan tes terhadap konsep, obyek atauvariabel yang hendak diukur sehingga mengukur atau mengevaluasi apayang semestinya dievaluasi.
2.Reliabilitas
Kata reliabilitas berasal dari kata reability  (bahasa inggris, berasaldari kata dasar
reliable) yang berarti dapat dipercaya. Seperti validitas danvalid, maka penggunaan istilah reabilitas dan reliabel seringdicampuradukkan. Agar tidak terulang hal yang demikian yang perludisadari adalah bahwa reabilitas adalah merupakan kata benda sedangkanreliable merupakan kata sifat. Seseorang dikatakan dapat dipercaya apabila orang tersebut selalu  bicara konsisten, tidak berubah-ubah dan substansi pembicaraannya dari waktu ke waktu. Demikian halnya sebuah tes, dikatakan dapat dipercaya apabila tes tersebut memberikan hasil yang sama meskipun digunakan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel (memiliki reliabilitas) apabila penggunaan hasil-hasil penggunaan tes tersebut menunjukkan ketetapan.. Dengan kata lain, apabila kepada para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berbeda-beda, maka setiap siswa akan tetap berada dalam peringkat (rangking ) yang sama dalam kelompoknya. Meskipun hasil tes pada kesempatan kedua lebih baik, akan tetapi mengingat peningkatan tersebut dialami oleh semua siswa, maka tes yang digunakan dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Kenaikan tes yang kedua, barang kali disebabkan oleh adanya pengalaman yang diperoleh pada saat mengerjakan tes pada kesempatan yang pertama.Dalam keadaan seperti ini, dikatakan telah terjadi  practice effect atau carry over effet yaitu adanya akibat yang dibawa karena siswa telahmengalami sesuatu kegiatan yang sama pada kesempatan sebelumnya.Indeks reliabilitas suatu tes dapat dicari dengan mengkorelasikan skor-skor yang diperoleh dari hasil pengukuran yang berulang kali pada waktu yang berbeda. Sedangkan yang kedua adalah dengan cara membagi tes menjadi dua bagian yang sama atau setaraf. Adapun metode yang dapat digunakan untuk menentukanreliabilitas suatu tes antara lain adalah : metode tes ulang, metode parallel,metode belah dua dan metode kesamaan rasional
3.Obyektivii-hari telah diketahui bahwa obyektif berarti tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhi. Kebalikan dari obyektif adalah subyektif, yang berarti terdapat unsur pribadi yang masuk mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan memiliki obyektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak terdapat faktor subyektif yangmempengaruhinya. Dengan kata lain, dikatakan obyektif apabila dua orang penguji atau lebih memberikan skor atau nila yang sama dan bebas dariinterfensi subyektif, khusunya dalam penilaian ( scoring ) nya.

D.Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Tes dan Pengukuran
1.Jika sesuatu itu ada dan adanya sesuatu dalam jumlah itu dapat diukur
2.Tes dan pengukuran menggunakan alat-alat terstandart seperti stopwatch, pita ukur dll
3.Tes dan pengukuran harus sistematis, procedural dan represetative
4.Harus dilaksanakan oleh orang yang ahli dalam bidangnya
5.Tes dan pengukuran menyenangkan dan mempunyai nilai mitivasi
6.Pelaksanaan Tes dan Pengukuran sebaiknya dilaksanakan minimal tiapakhir dari pembelajaran atau awal dan akhir pembelajaran
7.Tes dan Pengukuran mengacu pada rumusan indicator hasil belajar dan tujuan khusus pembelajaran
8.Tes P sebaiknya dilaksanakan sesuai dengan falsafah atau pandangan/misidan visi lembaga yang bersangkutan
9Tes dan pengukuran dalam Dikjas obyeknya abilitas, Skill,Anthropometri, kebugaran jasmani, nilai-nilai prestasi dan kesehatan
10.Tes dan pengukuran merupakan bagian integral dari proses pendidikansehingga mutlak dilaksanakan
11.Tes dan Pengukuran sebagai media untuk mengetahui dan menentukan proses dan hasil pendidikan
12.Tes tidak bertentangan dengan kodrat dan budaya
13.Tes sebaiknya mengukur kemampuan individu siswa
E.Aspek-Aspek yang Diukur 
  Apabila seseorang yang menjadi objek pengukuran dalam pendidikan jasmani atau lingkup olahraga, biasanya tujuannya adalah untuk menilai pembelajaran atau pencapaian seseorang dalam salah satu dari ketiga domain pendidikan. Tes dalam domain psikomotor mengukur keterampilan motorik, perkembangan motorik dan kesegaran jasmani. Tes psikomotor umunyamengenai dua hal : ialah tes tentang produk dari performa motorik (sepertikecepatan, ketepatan, keajekannya servis tennis) dan tes mengenai proses pelaksanaan performa (misalnya pola yang digunakan dalam melaksanakanservis tennis). Tes kognitif mengukur pengetahuan yang dimiliki sehubungan dengan teknik, peraturan, dan strategi-strategi olahraga dan konseps ehubungan dengan pengembangan dan cara memperkembangkan kesegaran jasmani dan pencegahan cedera. Tes pada domain afektif menilai interes,sikap, perasaan dan nilai dalam hubungannya dengan aktivitas fisik yang bermakna. Beberapa dari tes-tes tersebut juga menilai konstruksi fisiologis seperti misalnya sifat agresif, ketagihan berlatih, dan kecemasan dalammenghadapi kompetisi.Individu dapat juga menjadi objek pengukuran apabila keefektiantugas yang akan dinilai. Instrument kertas dan pensil juga dikembangkanuntuk mengukur keefektifan guru-guru pendididkan jasmani, pelatih dan administrator olahraga. Kadang-kadang kelompok juga menjadi objek pengukuran pendidikan jasmani dan olahraga. Suatu kelompok yang sangat menarik tentu saja timolahraga. Kualitas suatu tim, seperti misalnya kepaduan tim, dinilai dengantujuan akhir untuk menentukan cara mengoptimalkan performa tim. Pengukuran juga diaplikasikan pada olahraga, pengajaran danrekreaksi sebagai bagian dari proses evaluasi secara menyeluruh. Suatu program dapat juga dievaluasi dalam satu dari dua cara. Pertama, dapat dievaluasi apabila teknik-teknik pengukuran diaplikasikan langsung terhadap komponen-komponen dari program; kedua dapat dievaluasi secara tidak langsung dengan mengukur status dan kemajuan produk suatu program,misalnya peserta didik atau para lulusan.

F.Tes dan Pengukuran Pendidikan Jasmani untuk Tenis Meja
1.Tujuan
Untuk mengukur keterampilan sikap / cara melakukan suatu gerakan(penilaian sikap) servis, pukulan forehand dan pukulan backhand.
2.Testee
a.Dalam kondisi sehat dan siap untuk melaksanakan tes
b. Diharapkan sudah makan maksimal 2 jam sebelum tes
c. Memakai sepatu dan pakaian olahraga
d. Melakukan pemanasan (warming up)
e. Memahami tata cara pelaksanaan tes
f.Jika tidak dapat melaksanakan salah satu / lebih dari tes maka tidak mendapatkan nilai / gagal.
3.Validitas
Diperoleh melalui tes
4.ReliabilitasBelum ada
5.Petugas / tester Pada setiap tes diperlukan dua orang, satu orang sebagai tester dan satuorang sebagai pelempar bola yang bisa diambil dari siswa yang belummelakukan tes ( khusus untuk pengukuran pukulan forhand dan backhand).
Sedangkan untuk pengukuran servis hanya memerlukan satu orang tester.
a. Mengarahkan peserta untuk melakukan pemanasan (warming up)
b. Memberikan pengarahan kepada peserta tentang petunjuk pelaksanaaantes dan mengijinkan mereka untuk mencoba gerakan-gerakan tersebut.
c. Memperhatikan kecepatan perpindahan pelaksanaan butir tes ke butir tes berikutnya dengan tempo sesingkat mungkin dan tidak menunda waktud. Tidak memberikan nilai pada peserta yang tidak dapat melakukan satu butir tes atau lebih

Kenapa Harus pergi ke inggris?

Pertanyaan sangat mencengangkan " Kenapa harus ke inggris ? Inggris. Dalam benak gue udah kebayang dengan Menara Eiffelnya .. Lha kok Eiffel itu ada di Prancis broh !! Harusnya London vroh!!.. justkid . Intermezzo dikit. Walaupun tak ada sedikitpun lucu.hha.
Inggris..inggris.. inggris.. kenapa harus keinggris?

Evaluasi Pembelajaran Penjas

Dalam sebuah kegiatan pembelajaran terdapat banyak sekali hal yang harus diperhatikan oleh seorang tenaga pendidik. Yang mana dalam kegiatan pembelajaran tersebut para tenaga pendidik memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap keberhasilan pembelajaran. Bukan hanya menyoalkan tentang strategi pembelajaran yang diterapkan atau target yang telah dicapai saja tetapi seorang tenaga pendidik juga harus dapat mengevaluasi secara keseluruhan terhadap apa yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Nah membicarakan tentang evaluasi ini mungkin yang terlintas dalam benak seseorang adalah sebuah kegiatan mereka ulang apa yang telah dilakukan sebelumnya untuk mengetahui tentang kelebihan dan kekurangan suatu hal. Lalu jika bagaimanakah kiranya jika kegiatan evaluasi ini kita hubungkan dengan pembelajaran? Tentu akan menjadi sebuah hal yang sangat menarik untuk kita perbincangkan. Karenanya simak beberapa ulasan berikut ini agar anda dapat menemukan berbagai informasi menarik dan penting tentangnya.

Evaluasi pembelajaran merupakan sebuah kegiatan mengevaluasi atau mengoreksi hal-hal yang telah terjadi atau
dilakukan selama kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Atau dengan kata lain merupakan sebuah kegiatan mereka ulang untuk mengetahui hal-hal penting baik yang berupa kelebihan maupun kekurangan yang terjadi pada kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung dengan harapan agar dapat melakukan yang terbaik pada saat kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan nantinya.

Bagi seorang tenaga pendidik yang memiliki wewenang untuk memotori kegiatan pembelajaran maka evaluasi pembelajaran ini sangat penting untuk mereka perhatikan. Evaluasi pembelajaran ini memiliki berbagai fungsi utama yang diantaranya telah saya rangkum di bawah ini:


  1. Evaluasi pembelajaran sangat baik digunakan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terdapat pada saat pembelajaran yang telah berlangsung. Dengan mengetahui kekurangan pembelajaran yang terdahulu maka seorang tenaga pendidik akan dapat melakukan perbaikan pada pembelajaran yang selanjutnya.
  2. Lalu selain kekurangan tenaga pendidik juga akan menemukan kelebihan yang dengannya dapat diupayakan untuk dipertahankan atau ditingkatkan pada pembelajaran yang selanjutnya.
  3. Sebagai dasar perencanaan kegiatan pembelajaran yang akan datang. Seorang tenaga pendidik dapat menjadikan hasil evaluasi pembelajaran tersebut sebagai dasar penentuan target yang hendak dicapai pada pembelajaran yang akan dilaksanakan nantinya.

Dan demikianlah beberapa ulasan yang dapat saya sampaikan tentang evaluasi pembelajaran ini, semoga dengannya memberi banyak manfaat bagi para pembaca.