Sepenggal coretan kisah sepasang kekasih
Ada sepasang kekasih yang menjalani hubungan. Mereka selalu
bersama dalam menjalani aktifitas ditiap harinya,terkadang berjalan
sendiri-sendiri karna kesibukan masing-masing. Hal itu tidak mengubah
perasaan sepasang kekasih tersebut. Mempunyai kepercayaan terhadap
pasangan yang kuat dan saling terbuka dalam menjalani aktifitas
diharapkan berbuah hubungan yang awet. layaknya induk dan penjantannya
yang sama-sama mencari makan untuk anak-anaknya disarang,sarang yang
sudah rapuh hanya beberapa ranting yang tersisa. tujuan mereka hanya
satu. Yaitu,mencari makanan untuk anak-anaknya agar bisa berahan hidup.
Sama seperti sepasang kekasih ini,meskipun ada banyak tujuan dalam
hubungan tapi tujuan utamanya adalah hati.. Hati akan menjadi pelabuhan
terakhir beberapa tujuan yang bersinergi didalam hubungan.
Sore itu,selepas kuliah bersama. Mereka pergi kekantin untuk
mengisi perut yang sudah keroncongan. Mereka menulusuri jalan sambil
bercanda tawa,membuat orang disekitarnya iri. dan ketika menyebrangi
jalan kampus,sang pria mencoba melindungi wanitanya agar aman. Hal
tersebut sudah lumrah,karna sifat pria sayang sudah selayaknya selalu
melindungi pasangan disetiap ruang dan waktu. Tak pernah terpikir dalam
benak setiap pria untuk memperoleh pujian, tapi semua itu merupakan
naluri seorang pria untuk melindungi dan menjaga wanita walaupun bukan
pujaan hatinya.
Disalah satu sudut kantin, terlihat beberapa mahasiswa yang
sedang giat belajar di sebuah meja. Duduklah pasangan kekasih itu
dimeja ,karna mereka mengetahui bahwa mahasiswa itu adalah
teman-temannya.
Wanita tersebut memesan makanan disalah satu pedagang
makanan yang disukainya. Menurutnya, nasi campur di tempat itu lezat
dan dia sudah mengenal dekat perempuan paruh baya sang penjual nasi
campur. Setelah memesan dan mengambil makanannya, wanita itu duduk
didepan kekasihnya. “Asap rokok”, eluh sang wanita dengan nada canda.
Sang pria kemudian mematikan rokoknya, meskipun rokok tersebut masih
tersisa 5-10 hisapan. Mematikan rokok yang belum habis merupakan
keputusan yang pantas diambil karena wanita tersebut kurang berkenan
bila kekasihnya merokok didepannya.
Sewaktu wanita sedang melahap makanannya dengan nikmat, sang pria hanya melihat dan memandangi wajah kekasih hatinya dengan terpana. Merenung sambil melihat seseorang yang dicintainya sedang memakan nasi campurnya. Pemandangan kecil yang membuat hatinya bahagia. Bukan dikarenakan cara makan yang lucu, melainkan keluguan hati yang tampak diwajah kekasihnya. Terkadang tanpa kita sadari hal kecil disekitar kita merupakan bagian dari kepingan memori yang indah untuk terlewatkan, meskipun setiap harinya pemandangan tersebut dapat kita lihat.
Sewaktu wanita sedang melahap makanannya dengan nikmat, sang pria hanya melihat dan memandangi wajah kekasih hatinya dengan terpana. Merenung sambil melihat seseorang yang dicintainya sedang memakan nasi campurnya. Pemandangan kecil yang membuat hatinya bahagia. Bukan dikarenakan cara makan yang lucu, melainkan keluguan hati yang tampak diwajah kekasihnya. Terkadang tanpa kita sadari hal kecil disekitar kita merupakan bagian dari kepingan memori yang indah untuk terlewatkan, meskipun setiap harinya pemandangan tersebut dapat kita lihat.
Menit demi menit berlalu, sang wanita semakin dekat
menyongsong Ujian Tengah Semester (UTS). Sang pria hanya dapat memberi
semangat disertai doa dengan harapan kekasihnya dapat mengerjakan
UTSnya dengan optimal dan berbuah maksimal. Sang pria mengetahui
kapabilitas kekasihnya dalam hal auditing, yang kebetulan diujikan
dalam UTS hari itu. Ia juga yakin kekasihnya dapat mengerjakan tiap
soalnya dengan mudah. Wanita itu berpamitan dan perlahan tapi pasti ia
dan teman-temannya meninggalkan bangku dan menghilang, berjalan menuju kelas mereka.
Disudut pojok meja, sang pria tersebut termenung bertemankan
sebatang rokok. Rokok yang bersampul merah dan putih. Sejenak
pikirannya melambung tinggi tentang suatu hubungan yang berujung pada
ikatan suci pernikahan. Kemudian ia menatap gelang jam pemberian pertama kekasihnya. Ada tulisan besar berwarna coklat mencolok di diujungnya bertuliskan “closeUP” tanpa angka. Mungkin saat itu pukul empat lewat lima belas menit.
Aku seorang diri.
Kulihat jalanan kantin mulai lenggang dari hiruk pikuk keramaian kantin.
Sesosok pria mendekati gadis di meja didepanku.
Membisikkan kata-kata yang tersirat seperti sebuah kode untuk keluar
dari tempat ini dan mencari persinggahan baru. Aku membaca bahasa tubuh
laki-laki yang wajahnya sudah familiar dikampus ini.
Dia sepertinya ingin bercinta.
Kutoleh ke sisi lain kantin, aku melihat beberapa
mahasiswa bercengkerama. Yang wanita tertawa terbahak-bahak, sedangkan
lelaki disampingnya hanya tersenyum hampa, membentuk simpul di ujung
bibirnya. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi sungguh terlihat
sekilas air wajah lelaki itu menandakan kebosanan.
Dia sepertinya kurang peka.
Di sisi lainnya aku melihat gerombolan gadis modis dan
trendy. Duduk sejajar di belakang meja yang aku duduki. Mereka sedang
membicarakan sesuatu dan aku mendengarkan pembicaraan mereka secara
tidak sengaja. Hal ini dimungkinkan karena tempat mereka sangat dekat
dengan telingaku. Seseorang di tengah-tengah bercerita dengan mata
berkaca, yang lain mendengarkan dengan seksama. Sesekali yang lain
mengelus pundak gadis itu dan tiba-tiba air matanya tumpah.
Dia sepertinya sedang patah hati.
Dia sepertinya sedang patah hati.
Aku merekam setiap momen di depan mataku dalam memoriku.
Memandangi setiap mata yang mencoba melirik ke arahku, mereka
bermaksud ingin menggoda namun aku sibuk menulis di HP
B?l?a?c?k?b?e?r?r?y?. Mereka ingin mencoba memulai percakapan namun aku
sibuk mendengarkan musik Linkin Park kesukaanku. Bahkan, sosok wanita
cantik didepanku pun takkan mampu mengalihkan pikiranku untuk menulis
cerita ini.
Matahari beranjak tenggelam, dan lampu-lampu mulai
menyinari tiap sudut-sudut kantin. Tetapi suatu alasan menahanku untuk
tetap disini.
Menunggu. Dan menunggu.
Menunggu seorang wanita yang aku sayangi. Dia yang
sedang bergumul dengan ujian tengah semester. Dibenakku tak terlintas
kebosanan sedikitpun. Baris demi baris tulisan mengalir walaupun yang
aku ketik mungkin terlihat bodoh oleh sekitarku.
Saat kopi dan air belum menyatu, saat belum sempat
kuseduh, saat belum sempat tenggelam ampasnya dan saat rokok belum
sempat aku bakar.,
aku, sepertinya masih tetap menunggu dan tetap akan menunggu orang yang aku cintai.
” PERHATIKAN HAL KECIL DISEKITAR KAMU,KAMU AKAN MENEMUKAN KEINDAHAN DIDALAMNYA “
by : Zhan Cipeheum